Thursday, January 12, 2017

My adventure (Batam-Pekanbaru-Padang)

Silahkan gan....
agi itu saya sudah siap untuk berangkat dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Setelah pamitan saya diantar ke Stasiun kereta api Padang.Disana saya naik mobil mini bus ke BIM. Jam 09.00 mobil mulai jalan. Dalam fikiran saya “Ya Allah inilah langkah saya berjalan jauh seorang diri setelah apa yang saya alami”. Semua latihan-latihan untuk membangkitkan kepercayaan diri selama ini memang ada hikmahnya. Walau orang-orang melihat cara jalan saya agak aneh. Tetapi saya cuek saja tak menghiraukan yang penting saya menjalankan urusan saya yaitu siap untuk berangkat ke Batam.
Pertama agak bingung setelah sampai dibandara waktu menunjukan jam 11.00. Saya lihat tiket keberangkatan jam 15.00. “Wah ini masih lama”, pikir saya. Saya ambil posisi didekat tiang untuk duduk sambil melihat LCD jadwal keberangkatan. Sambil cerita-cerita sama orang-orang yang  siap mau berangkat juga walau tidak sama pesawat terbangnya.
Tak terasa jam 14.00, saya masuk untuk cek in dengan membawa sebuah laptop dan sebuah tas pakaian. Pada saat cek in saya ditawarkan oleh petugas cek in “mau pakai kursi roda pak”. Mendengar itu saya tolak halus, “terimakasih dek…biar saya jalan dan usaha sendiri”. Kemudian saya jalan ke elevator berjalan, mencapai itu berjalan dihadapan orang ramai. Sedikit grogi tapi terus naik tangga tadi. Allhamdulillah itu bisa saya lakukan. Pada bagian pemeriksaan bisa aktivitas saya lakukan sendiri. Akhirnya masuk ruang tunggu, jam 14.30. Ada pengumuman, “Penumpang yang akan berangkat tujuan Batam dipersilahkan untuk naik ke pesawat”.
Saya berdiri dari tempat duduk terus mengikuti orang-orang yang sama berangkat dengan saya. Rupanya untuk naik pesawat tidak melalui belalai yang biasa untuk naik ke pesawat, tetapi turun ke landasan. Lumayan juga jalan cukup jauh. Tapi dengan semangat saya ikuti orang-orang tadi walau saya ketinggalan karena kalah cepat.
Jam 15.00 pesawat take off menuju Batam. Didalam pesawat saya melihat kebawah. “Sungguh indah kali pemandangan waktu itu tidak berawan”. Selama satu jam dalam perjalanan terdengar pengumuman dari awak pesawat bahwa, “pesawat siap akan mendarat”. Wah… saya kembali ke Batam lagi bahagia sekali rasanya. Setelah mendarat pesawatnya penumpang tidak turun di belalai penumpang tapi di landasan lepas.” Saya siap-siap lagi jalan lagi nih”,  ini lumayan jauh menuju hall kedatangan. Jalan terbirit-birit sama pada waktu keberangkatan tadi, menuju hall kedatangan. 
Setelah sampai di hall kedatangan saya ambil posisi duduk di dekat rel kedatangan barang-barang. Menunggu cukup lama akhirnya barang-barang penumpang mulai datang. Saya temukan barang saya lalu berlalu menuju bus bandara.Sekarang saya harus berjalan lagi sambil membawa sebuah tas pakaian dan laptop. Dengan jalan terhuyung-huyung saya berjalan di depan mata orang-orang menunggu di gerbang kedatangan. “ini mantap  untuk latihan“,dalam hati saya. Saya naik kedalam Bus. Tak lama bus berangkat. Sampai di halte legenda malaka saya turun dan duduk saja tak berani menyeberang jalan. Karena nyali saya agak ciut melihat kendaraan dari jauh sudah kencang. Timbul ide ada seorang pemuda yang duduk didekat saya menunggu temannya.
Saya bilang “mas tolong seberangin saya untuk menyeberang jalan , saya agak sulit untuk jalan”. “oke pak” sahutnya. Tak lama datanglah temannya yang membawa motor  ikut membantu kemudian saya ikut motor temanya terus diantar ke rumah teman saya.
Dirumah teman saya, saya rencanakan apa yang harus saya lakukan. Pertama kebetulan saya punya motor jelek,ini harus diservice. Bayangkan saja sudah satu tahun motor ini tak dipakai. Motor sudah baik baru saya selesaikan berbagai macam urusan. Setelah berbagai urusan selesai. Saya rencanakan bagai mana untuk kembali kalau bisa motor ini harus dibawa pulang ke padang.
Saya ambil keputusan sambil melatih kepercaaan diri saya pulang dengan motor saja. Mulailah saya survei bagai mana cara membawa kendaraan keluar dari Batam, berapa biayanya. Maka dapatlah kesimpulan, tanggal 5 oktober 2016 saya balik pulang ke padang lewat jalan laut dan darat.
Sebelum keberangkatan saya persiapan kebutuhan dijalan, snack, bensin cadangan, kondisi kendaraan dan sebagainya. Jam 7.00 saya sudah siap, barang-barang sudah diikat di motor. Setelah pamitan dengan teman saya. Mulailah berangkat menuju pelabuhan  Telaga punggur tempat kapal Roro penyeberangan. Beli tiket motor bersama orang terus mengurus surat jalan dari kepolisian. Habis itu masuklah saya mengendarai motor tempat penampungan dipelabuhan ke berangkatan kapal roro. Nama kapal roro tersebut adalah lome. Tepat jam 10.00 kami semua yang naik kapal roro lome naik ke kapal. Untuk mengendarai motor ada beberapa orang selebihnya mobil truk besar dan mobil mini bus dan sedan. Lumayan penuh isi kapal hari itu. Dalam perjalan kapal roro memutari pulau batam lewat selat malaka menuju Balai karimun. 
Didalam perjalanan saya berfikir inilah dalam sejarah diri saya melakukan perjalan seorang diri dari Batam- ke Padang seorang diri dengan motor, apalagi kaki berjalan belum begitu sempurna. Dari keberangkata tadi ada juga orang-orang yang sama tujuannya dengan saya, ada tujuannya Payakumbuh, ada tujuan Padang Panjang.
Pada pukul 18.00 kapal roro yang kami tumpangi sampailah di pelabuhan roro di Balai Karimun. Sumua penumpang dan kendaraan pada turun ke pelabuhan. Saya bisa beristirahat sejenak dan makan, kemudian beli tiket lagi dengan tujuan buton. Pukul 20.00 kembali naik lagi ke roro berbeda yang namanya kapal roro senangin. Ada kejadian lucu pada saat mau naik ke kapal. Motor pada antri tiba giliran saya ada banyak petugas yang menagih biaya secara bersamaan termasuk pak polisi mengecek kendaraan saya. Saking ramainya timbul kepanikan pada diri saya. Mengambil dompet mendengarkan permintaan. Hingga saya tumbang dengan motor tapi kendaraan tidak berjalan. Pada ngakak semua melihat saya. Pak polisi berkata “ waduh bapak sakit tapi berani berjalan jauh”. Dengan santai setelah diberdirikan oleh orang ramai saya berkata, “Beginilah pak…doain saya selamat dalam perjalanan”. “Ayo susul teman rombonganya sana” kata pak polisi. “Oke pak” sahut saya sambil berlalu. 
Setelah diparkirkan kendaraan saya pergi naik tangga ke dek untuk istirahat. Malam makin larut saya cari tempat untuk tidur. Untuk kali ini kapal lebih ramai sulit mencari tempat berbaring. Akhirnya saya pergi naik tangga lagi untuk di dek paling atas. Saya cari saja tempat kosong langsung saya rebahkan badan ini, tak lama saya bisa tidur. Tengah malam hujan grimis turun. Saya terbangun dan pindah tidur di bagian bawah dari dek tadi.
Kesokan harinya jam 9.00 kapal merapat di buton. Kami turun rombongan kami ada empat orang, yang akhirnya terpecah tak pernah jumpa lagi. Ada yang betul perhatian dengan keadaan saya hingga membantu merapikan ikatan barang dimotor sebelum desa duyun kab.siak. Saya sebelum berpisah saya diarahkan. Untuk memilih jalan lintas timur jambi. Saya ikuti jalan sesuai rambu-rambu arah ke arah Pekanbaru. Sesekali saya perhenti ditengah jalan untuk melihat kondisi barang yang saya bawak. Untuk meyakinkan naluri saya sesekali saya tanyakan betulkah jalan yang saya pilih. Ada sebuah proyek pembangunan saya tanyakan betulkah ini  jalan ke Pekanbaru kepada petugas pengamanan “betul pak “, katanya. Maka saya lanjutkan perjalanan. Sebelum menuju ke pusat kota Pekanbaru, saya berhenti disebuah mesjid untuk sholat zuhur dan ashar berbarengan. Diqashar dan di jamak.
Jam pukul 2.30 saya berhenti di pom bensin di kab.kampar. Karena  sudah sangat lelah sangat, saya istirahat disana dan bermalam. Paginya jam 7.00 pagi saya sudah siap-siap untuk melanjutkan perjalanan lagi. Saya panaskan motor sejenak sambil sarapan pagi ala kadarnya.  Kemudian saya pamitan sama sekuriti pom bensin bahwa saya akan melanjutkan perjalanan.
Mulai lah perjalanan kembali saya lakukan. Saya haruskan menfokuskan untuk melanjutkan perjalanan dan membuat memberikan semangat untuk diri. Karena saya harus melanjutkan perjalanan panjang lagi. Ditambah malamnya juga tak bisa tidur lelap. Saya ikuti saja jalan sesuai arahan rambu-rambu. Tak lama setelah beberapa jam saya melakukan perjalanan, saya pinggirkankendaraan untuk istirahat menjelang kota Bangkinang.  Saya pinggirkan kendaraan roda dua, merilekan diri  sejenak sambil minum dan makan snak di kursi sebuah warung. Kemudian saya lanjutkan perjalanan lagi. saya masuk kota Bangkinang. Sayalihat rambu-rambu sekilas “Bukitinggi 315 km “, wah masih jauh. Tetapi tidak menciutkan diri saya. Tetap semangat itu harus saya tumbuhkan.
Melewati Bangkinang rumah-rumah sudah mulai lengang. Saya mengikuti jalan sesekali lirik ke kiri dan kanan jalan. Ada sungainya dan hutannya. Saya menikmati perjalan jauh ini. Sambil masih mengendarai motor dari kejauhan ada bukit belah (pertemuan dua buah bukit). Saya berfikir, “dimana ya tembusnya ke balik bukit itu”. Tak terasa jalan yang saya ikuti menuju bukit yang belah tadi. Berarti saya melewati jalan dicelah bukit tadi. Eh iya memang benar saya terus mendekati celah tadi. Kemudian masuk mendekati PLTA Koto Panjang. Jalan mulai menurun tak lama saya temuai jembatan cukup panjang. “Wah ini dia danau koto panjang”, tempat PLTA yang sudah lama saya dengar. Tak lama saya temui lagi jembatan kedua sama panjangnya yang pertama.
Karena sudah merasa lelah, saya pinggirkan kendaraan untuk istirahat sejenak dekat jembatan ke dua koto panjang. Saya lihat kiri dan kanan dan danau selat panjang itu. Disini saya tak melakukan apa-apa. Kemudian saya berangkat lagi. Perjalanan kembali saya lakukan kira-kira 1 jam kemudian ketemu perbatasan  antara sumbar dan Riau ada semacam bangunan adat rumah gadang. “Ucapan selamat jalan”, jalan dari propinsi riau dan “selamat datang” dari propinsi sumbar.” Oh….ini yang dimaksud PBR”, dari batu semen menunjukan kilometeran dipinggir kiri jalan. Artinya “Perbatasan Riau”. Saya tak berhenti tapi terus saja. Tak lama setelah masuk kab.50 kota saya berhenti dimesjid untuk istirahat.
 Ada penduduk yang berhenti dimesjid bertanya pada saya “dari mana pak”. “Saya dari batam”, sahut saya. “Bapak jualan ?” dia bertanya lagi. “Tidak Ini hanya buku  dan pakaian dalam dua ransel ini”, sahut saya. “Jalan bapak berbeda  lagi sakit ya”, kata bapak itu lagi. “Ia memang lagi sakit pak”, sahut saya. Kemudian kami sama-sama pergi bapak itu duluan. Kemudian saya melanjutkan perjalanan lagi.
Dulu saya masih ingat ada restoran dipinggir jalan sekarang pada sudah tutup. “Wah ini dampak dari pergeseran zaman”,  dalam hati saya. Tak lama kemudian saya berhenti di pom bensin  untuk istirahat tak salah nama daerah itu namanya “kapur pasir”. Untuk mengisi bensin dan sholat. Kayaknya itu pom bensin baru saya lihat bangunan masih baru. Jam pada waktu itu menunjukan pukul 12.00.Kira-kira  satu jam saya istirahat ,saya lanjutkan perjalanan.masuk wilayah kelok sembilan. “ wui…. Ini jembatan kelok sembilan itu “ , dalam hati saya. Ramai juga orang-orang yang berfoto disana. Saya tak berhenti saya ikuti jembatan tadi. Setelah lengang tak ada orang lagi, saya pinggirkan motor. Saya berhenti saya menoleh ke atas.Saya terkesima melihat jembatan berliuk-liuk sangat indah sekali. Mungkin ini efek untuk menghindari jalan yang terjal menurut saya. Memang saya merasa nyaman  mengendarai motor untuk menuruni jembatan kelok sembilan, Walau tinggi sekali. Kalau berada dari puncak dari arah pekanbaru akan masuk ke jembatan kelok sembilan. Mobil-bobil dan orang sangat kecil dari kejauhan saking tingginya.
Perjalanan saya lanjutkan lagi setelah jembatan kelok sembilan, jalan masih berliuk-liuk. Tak lama ketemu perbatasan kota payakumbuh. Saya perhatikan rambu-rambu kemana arah yang saya tuju. Jalan berikutnya adalah bukitinggi. Ada hampir nyasar akan masuk  kota payakumbuh. Naluri saya mengatakan, saya harus berhenti . Saya bertanya kepada pemuda yang duduk-duduk di sebuah warung. “Mana jalan ke Bukitinggi dek”….kata saya.”oh itu pak lurus saja “, memang arah yang saya ambil tadi salah.Ini akibat salah membaca rambu-rambu lalu lintas arah jalan ke Bukitinggi. Setelah masuk trek jalan lagi. Saya masuk daerah baso, ingat saya ada sekolah STPDN. Pada saat masuk kota Bukitinggi hujan turun. Maka saya harus menepikan kendaraan motor saya. Maka saya kenakan jaket hujan yang memang saya sudah siapkan dari mulai dari berangkat di batam.
Hujan makin lebat tetapi saya masih nyaman dikendaraan. Barang –barang saya sudah aman ditutupi plastik dan saya mengenakan jaket hujan. Perjalanan tetap saya lakukan. Tetapi hujan sudah makin reda menjelang Padang Panjang. Disaat masuk wilayah masuk ada juga timbul keraguan arah. Maka saya lakukan bertanya. Seorang bapak yang berdiri di pinggir di tepi jalan. Memberikan arahan kepada saya, terus melanjutkan perjalan lagi. Hujan sudah reda. Tapi bekas hujan lebat sebelumnya masih jelas terlihat jalan yang masih menggenang.
Disaat masuk kayu tanam, saya berhenti di sebuah pom bensin untuk istirahat karena sangat lelah sekali. Kira-kira satu jam saya lanjutkan lagi perjalanan. Pikir saya, “dimana ya jembatan ke Bandara Minang Kabau”. Tak lama kemudian kelihatan jembatan ke BIM. Saya harus belok ke jalan  by pass yang mengghubungkan teluk bayur ke BIM. Hari sudah makin sore hampir magrib. Sekilas dipinggir jalan terdapat kantor pemerintahan kota padang di aia pacah. Saya harus berhenti karena sangat lelah sekali untuk mencari mesjid terdekat. Dari kejauhan ada kelihatan mesjid indah sekali, “nah itu mesjid saya harus kesana”. Tapi saya binggung mau masuk gerbangnya. Tetapi setelah masuk rupanya itu gerbangnya  rumah sakit Siti Rahmah. Tak jadi singgah ke mesjid tetapi numpang istirahat di kantin karena sangat lelah sekali. Dari  rumah sakit itu ke rumah saya tidak jauh lagi.Setelah istirahat saya lanjutkan perjalan lagi dan karena hari sudah gelap lampu jalan tak ada karena jalannya sedang perbaikan di buat dua jalur. Saya harus ekstra hati-hati. 
Memperhatikan rambu-rambu tanda-tanda dimana saya berada. Beberapa saat kemudan saya lihat polsek kuranji. “ Wah ini tandanya saya sudah dekat ini”. Hari sudah mulai malam.Tepatnya hari jum’at tanggal 7 Oktober jam 8.00 tibalah saya di rumah. Semua keluarga saya pada kaget melihat saya berkendaraan roda dua dari Batam ke Padang. Allhamdulillah akhirnya saya sampai ke Padang dengan selamat tak ada halangan apapun. Setelah menempuh perjalan panjang dari Batam-Pekanbaru-Padang. Itulah pengalaman yang baru saja alami dan sangat fenomenal. Pertama saya ucapkan puji syukur ke pada Allah Subhana Wata’ala yang telah melindungi saya dalam perjalan ini.Walau dalam keadaan sakit tapi masih mampu saya melakukan perjalan jauh.  Alasan saya melakukan ini semata ingin menumbuhkan kepercayaan diri kembali  setelah pasca sakit . Semoga kisah yang saya alami bisa menjadi motifasi bagi yang sedang sakit jangan pernah menyerah dengan apa yang kita alami. Memang takdir itu milik Allah. Tetapi jangan pernah menyerah dengan apa yang kita derita. Kecuali takdir itu memang sudah datang untuk kita. Sekian.☺☺☺✌✌